Bondowoso

Cegah Paham Radikalisme, Polisi di Bondowoso jadi Guru di Pondok Pesantren

Diterbitkan

-

Cegah Paham Radikalisme, Polisi di Bondowoso jadi Guru di Pondok Pesantren

Memontum Bondowoso – Antisipasi pahaya paham radikalisme dan terorisme tidak hanya diinformasikan kepada orang dewasa. Tetapi juga, disosialisasikan pada kalangan remaja dan anak-anak.

Anggota Polsek Tenggarang atau Bhabinkamtibmas Koncer Kidul, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Aiptu Supriyanto, secara getol menjalani aktifitas ini sejak 2017 silam. Caranya, dengan menjadi guru di Pondok Pesantren (Ponpes) di Bondowoso, atau seperti salah satunya terlihat di Ponpes Nurul Hidayah.

Ada pun materi yang diajarkan, yaitu mengenai Pendidikan Moral Pancasila (PMP), kebangsaan dan Nasionalisme. Tujuannya, agar pelajar memahami betul bahwa Negara Indonesia terdiri dari kemajemukan termasuk agama, namun tetap rukun satu sama lain.

“Radikalisme itu rata-rata masuk ke anak-anak muda. Karena pemikiran mereka masih labil. Oleh sebab itu, sejak mereka masih remaja dan anak-anak, sudah kami tanamkan tentang nasionalisme dengan materi berkebangsaan,” papar Aiptu Supriyanto, Minggu (14/10/2021).

Advertisement

Baca juga :

Dalam kelas, Supriyanto tidak hanya menyampaikan materi dengan lisan. Namun, juga menggunakan alat peraga, seperti lambang Pancasila. Dalam kesempatan itu, juga diisi sesi tanya jawab tentang apa saja makna di setiap lambang Pancasila dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan lain, juga dijelaskan tentang bahaya terorisme bagi masyarakat dan negara. Anggota polisi dari warga Desa Grujugan Kidul, Kecamatan Grujugan ini, mengaku miris melihat banyaknya pemuda yang direkrut sebagai ‘pengantin’ untuk melakukan bom bunuh diri.

“Padahal, dengan dasar apapun, bom bunuh diri yang menewaskan orang lain itu tidak dibenarkan. Apalagi jika yang menjadi korban adalah orang yang tidak bersalah,” bebernya.

Pelajaran tambahan yang diberikan itu, ujar Supriyanto, merupakan bagian mengajar secara suka rela yang diberikannya di Ponpes. Rata-rata, pelajaran itu diberikan kali kedua selama sepekan. Menurutnya, hal ini merupakan implementasi dari Bhabinkamtibmas Peduli Pendidikan.

Advertisement

“Yang utama adalah tugas sebagai abdi negara. Sedangkan mengajar di Ponpes, ini sebagai upaya ikut serta di bidang pendidikan. Terutama pendidikan karakter dan kebangsaan,” papar bapak 3 anak ini.

Kapolsek Tenggarang, AKP Muktamar, SH, mendukung penuh aktifitas Aiptu Supriyanto sebagai pengajar sukarelawan di Ponpes Nurul Hidayah. “Sangat mendukung karena memang salah satu tugas polisi adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat. Termasuk, bahaya paham radikalisme dan terorisme,” tutur Kapolsek dikonfirmasi terpisah.

Ditambahkan, rutinitas anggotanya-Supriyanto di Ponpes, tidak mengganggu tugas fungsionalnya sebagai abdi negara. “Jika tugas di Polsek sedang senggang, Supriyanto mengajar. Apabila ada tugas kedinasan, maka tentu fokus menjalankan tugas di Polsek. Kami sangat fleksibel dalam hal ini,” ungkapnya.

Humas Ponpes Nurul Hidayah, Mistari, menjelaskan ada 121 siswa MTs di Ponpes Nurul Hidayah yang rutin mendapatkan pengajaran dari Aiptu Supriyanto. “Materi yang disampaikan pada anak-anak SMK Nurul Hidayah yang berjumlah 101 siswa,” jelasnya.

Advertisement

Menurut Mistari, pengajaran materi kebangsaan dan nasionalisme bermaksud untuk mencegah paham radikalisme. “Ada juga program Pramuka. Jadi saling melengkapi dengan materi yang disampaikan Pak Bhabin,” tegasnya. (sam/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

    Lewat ke baris perkakas